Karakteristik Sosial & Kultur Masyarakat
Pesisir
Kultur sosial Masyarakat Pesisir |
Secara sosiologi perlu adanya transformasi pendidikan dan budaya yang dapat membangun keadaban pesisir – keadaban yang transformatif, tangguh, dan mandiri, bukan keadaban yang lemah, pasif, dan destruktif (Mubyarto, et. al. 1984: 10).
Karakter sosial masyarakat di pesisir ini terbentuk melalui proses panjang. Sebagai contoh adalah fakta sosialdi Tanjung Burung, Banten. .
Karakter sosial pesisiran seperti gaya hidup konsumtif terjadi karena adanya dorongan ”gengsi sosial”
yang kini semakin tampak menggejala dan merupakan ”kompensasi psikologis” dari
kesengsaraan hidup yang cukup lama menimpa. dalam tatanan sosiologis tersebut, kata lain gaya hidup yang
dianggap ”boros” itu merupakan upaya masyarakat di pesisir untuk menyenangkan diri sesaat. Gejala sosial yang terjadi di wilayah pesisir Indonesia ini dilakukan dalam menikmati
kehidupan yang selayaknya.
Streotipe ini sering dianggap menjadi penyebab kemiskian nelayan Pesisir. Padahal kultur soaial masyarakat pesisir, jika dicermati pada dasarnya memiliki etos kerja yang handal. Bayangkan mereka pergi subuh pulang siang, kemudian menyempatkan waktunya pada waktu senggang untuk memperbaiki jaring, dan seterusnya. Kondisi tersebut lambat tapi pasti membentuk dan menjadi identitas mereka (Ginkel, 2007).
Streotipe ini sering dianggap menjadi penyebab kemiskian nelayan Pesisir. Padahal kultur soaial masyarakat pesisir, jika dicermati pada dasarnya memiliki etos kerja yang handal. Bayangkan mereka pergi subuh pulang siang, kemudian menyempatkan waktunya pada waktu senggang untuk memperbaiki jaring, dan seterusnya. Kondisi tersebut lambat tapi pasti membentuk dan menjadi identitas mereka (Ginkel, 2007).
Masyarakat Tanjung Burung, pesisir utara Banten ini, secara sosio kultur-pendidikan lemah dan
pasif. Secara struktural mereka termarginalisasi dalam sistem. Menurut Sunarto
(2004) marjinalisasi
hanyalah satu di antara banyak masalah sosiologis yang timbul sebagai akibat ketimpangan
(Sunarto, 2004). Di mana ketimpangan ketersediaan sarana sosial ekonomi, pendidikan,
kesehatan, dan sarana infrastruktur publik. Marjinalisasi mengabaikan hakekat pemberdayaan
masyarakat partisipatif (Ife, 2002), cenderung mengakibatkan keadaan komunitas
pedesaan di pesisir menjadi semakin tidak berdaya dalam beradaptasi terhadap perubahan sosio-struktural dan ekologis. Lihat data realitas lemahnya pembangunan sosial
ekonomi berikut ini.
Tabel.
Pembangunan Sosial dan Ekonomi
Desa
|
Pelatihan
Keterampilan
|
Modal Usaha
|
Padat Karya
|
Perbaikan
Rumah
|
Rehabilitasi
Kampung
|
Rehabilitasi
Ling Kumuh
|
Tnjng Brng
|
Tidak
|
Tidak
|
Tidak
|
Ada
|
Tidak
|
Tidak
|
Sumber: Monografi
Desa, 2010.
Tabel.
Infratruktur dan Sanitasi
Desa
|
Infrastruktur
|
Air Sungai
|
|||||||||
Sudah
Listrik (KK)
|
Non PLN (KK)
|
Sampah
|
TPS
|
BAB
|
Mandi
|
Minum
|
Baku minum
|
Irigasi
|
Transportasi
|
||
T.B.
|
1645
|
0
|
Timbun
angkut dan sungai
|
0
|
Bukan jamban
|
1
|
4
|
5
|
7
|
4
|
|
Sumber: Monografi
Desa, 2010.
Tabel. Sarana Kesehatan
Ds
|
Bersalin
|
Poliklinik
|
Puskesmas
|
Puskesmas
Pembantu
|
||||||||
Tersedia
|
Akses Jrk
|
Kemudahan
|
Tersedia
|
Akse Jrk
|
Kemudahan
|
Tersedia
|
Akses Jrk
|
Kemudahan
|
Tersedia
|
Akses Jrk
|
Kemudahan
|
|
T.B.
|
Tdk
|
6.00
|
Mdh
|
tdk
|
7.00
|
mdh
|
tdk
|
7.00
|
mdh
|
tdk
|
10.00
|
Mudah
|
Sumber: Monografi Desa, 2010.
Ini hanyalah satu dari sekian banyak potret sosio-kultural masyarakat pesisir di Indonesia. Pemberdayaan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan derajat sosial di pesisir masih kurang. perlu Sosio-edukasi yang komprehensif dan lebih menyentuh aspek sosial dan BUdaya pesisir. Wujudnya adalah budaya dan karakter masyarakat pesisir yang kuat secara sosio-kultural dan ekonomi.Bagaimana caranya? selengkapnya dapat anda baca di dalam buku sosiologi Pesisir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar