Selasa, 28 Mei 2013

Tradisi Masyarakat Pesisir

Beladiri dan Riwayat Jawara Pesisiran 
Gambar. Beladiri masyarakat pesisir

Silat dapat dimaknai sebagai seni. Silat juga merupakan salah satu wujud identitas kejawaraan dalam setting Tanjung Burung, Banten. Secara historis, desa Tanjung Burung ini sangat terkenal dengan tradisi pencak silat dan budaya kejawaraannya. Dalam sejarahnya, silat akrab dengan para jawara yang membela rakyat, terutama ketika melindungi hasil tangkapan ikan para nelayan dari ancaman pencurian. Namun demikian, silat juga akrab dengan kekerasan “gue akan bunuh turunan lu sampe yang paling kecil”. Sepenggal ungkapan Enyon (65 tahun) jawara aliran beksi. Ia tertarik untuk berlatih silat dan menjadi guru silat karena ada orang yang meneror dan mengancam keluarganya. Menurut Sarnubi (47), dari sinilah kemudian silat identik dengan kejawaraan.
Silat pesisiran Tanjung Burung memiliki karakter yang khas, karena mengalami akulturasi dengan budaya Betawi, Banten, dan China. Dari persinggungan tiga budaya tersebut, ada dua aliran silat yang cukup membumi yaitu Seliwa dan Beksi. Kata Seliwa berasal dari bahasa sunda yang berarti nyeliwa. Pergerakannya alami seperti orang berjalan. Seliwa juga dapat berarti tenaga yang bersilang. Misalnya dalam posisi kuda-kuda dengan kaki kanan dan tangan di depan; tumpu kekuatan tenaga ada di kaki kiri dan tangan kanan, ini juga sudah seliwa. Arah tenaga atau energi yang berlawanan. Arah yang hendak dituju juga dapat dimaknai sebagai seliwa, untuk mencapainya tidak langsung (lurus) ke sasaran namun berputar, Secara tidak langsung, melingkar atau ke bawah dulu baru ke atas, dan seterusnya. Tidak linier dan tidak satu arah tapi kaya akan berbagai kemungkinan arah.
Lain halnya dengan beksi, silat khas China ini, gerakan dan jurusnya murni kekuatan fisik dan kecepatan berpikir untuk melumpuhkan musuh. Menurut Bapak Enyon (65), guru silat beksi, Tanjung Burung:

Istilah Beksi berasal dari bahasa China yaitu “bek” berarti pertahanan dan “si” berarti empat. Sehingga Beksi berarti empat pertahanan. Dalam Beksi ada ada 9 formasi, 12 jurus dan 6 jurus kembangan yang harus dikuasai setiap jawara pesilat (Wawancara, 20 April 2012).

Lanjutnya, silat aliran Beksi ini adalah aliran silat yang paling berat dan tertutup untuk umum. Latihannya pun dilakukan pada pukul 19.00 sampai 01.00 dini hari, setiap harinya. Dalam aliran beksi ini ada 12 tingkatan. Karena aliran ini merupakan aliran silat yang cukup sulit, maka banyak murid dari bapak Enyon yang tidak sampai pada tingkat 12. Jika ada 20 murid, hanya 2 sampai 3 orang yang bisa sampai pada tingkat 12. Rata-rata muridnya hanya bertahan pada tingkat 1, 3 atau 5. Hal ini dikarenakan mereka tidak serius dalam berlatih baik secara mental maupun fisik.
Jurus-jurus dalam aliran silat beksi antara lain, janda berias (menyisir rambut), jandu renda (menggunakan tenaga dalam), dan teripang (seperti hewan laut teripang yang tak tahu ujungnya, antara kepala dan buntut serupa), bandrong (gerakan yang menggunakan kaki), jurus tancep (untuk melawan musuh), rompes (gerakan dengan menggunakan kepala, tangan, dan kaki), nunjang pisang (pukulan yang paling keras). Selain menggunakan kekuatan fisik, silat juga membutuhkan kekuatan magic untuk lebih melindungi pesilatnya, sang jawara.



Penulis: Abdur Rahman, Novitha S.D., dkk. dalam buku Sosiologi Pesisir, Penerbit Edukati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar